Si Aktivis Dakwah

Hai teman, hai kawan, hai sahabat ku, si aktivis dakwah, para pejuang Allah, yang merindukan menginjakkan kakinya di pelataran Al Jannah. Perkenalkan kami si aktivis dakwah, para pendorong pelaksanaan suatu kegiatan pada organisasi keislaman, organisasi yang berisikan orang-orang hebat, orang-orang yang siap menebar segala hal yang bermanfaat. Kami si aktivis dakwah, pejuang-pejuang Allah yang senantiasa bahagia dengan lelah, lelah yang senantiasa kami niatkan lillah. Kami si aktivis dakwah, kehadiran kami, tenaga kami, dana kami, senantiasa kami persiapkan demi tegaknya syari’at Islam.
Aktivis dakwah. Itulah sebutan kami, sebuah title yang kami banggakan, sebutan yang kami yakin akan membahagiakan kami di akhirat nanti. Kami bersatu di jalan ukhuwah, jalan dakwah, jalan yang Insya Allah diridhoi Allah.
Al Ikhwan atau akhi atau akh merupakan sebutan untuk aktivis dakwah laki-laki. Sedangkan untuk perempuan, Akhwat atau ukhti atau ukh. Bagi kami itu adalah sebutan kasih sayang yang diberikan kepada kami. Sebutan yang bukan hanya sekedar panggilan kasih sayang, melainkan juga penghormatan. Dikala ada yang memanggil kami dengan sebutan itu, sudah bisa ditebak, ia adalah teman seperjuangan sesurga. Teman yang harus kami cari-cari di akhirat, karena tak hadirnya di surga bersama kami merupakan kesalahan. Kami dulu sama-sama berjuang di jalan-Mu Ya Allah.
Mungkin, akan banyak orang mengatakan aktivis dakwah itu aneh, yang ga asik sama sekali. Segala halnya diatur, hingga yang paling kecil. Diantaranya kami terdeteksi sebagai makhluk Tuhan yang harus menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Disaat rapat saja kami harus memakai hijab pembatas. Disaat berbicara pun harus saling menundukkan pandangan, tidak berani menatap lawan bicara. Iya bener ga asik sama sekali. Itu ga asik bagi kalian, tapi bagi kami itu merupakan keasikan tersendiri. Bagi kami definisi keasikan itu adalah pancaran kebenaran. Segala kegiatan yang menurut kami benar itu merupakan suatu keasikan. Coba renungkan, bukankah kita dilarang untuk mendekati zina. Itulah kenapa kami menjaga jarak, lagipula asik bisa menjaga jarak. Kami bisa lebih leluasa bercengkerama dengan teman sesama kami, kami bisa berkompetisi sehat untuk mengejar target-target hidup kami. Dan yang terpenting waktu kami bisa lebih produktif.
Selanjutnya kenapa disaat rapat kami harus memakai hijab pembatas, mungkin kalian bilang tak asik, karena belum pernah merasakan bagaimana nikmatnya rapat kegiatan dengan pembatas. Kita bisa fokus terhadap bahasan yang dirapatkan. Bukankah yang terpenting dari rapat terselesaikannya pembahasan yang dibawa. Jadi apa yang harus dipermasalahkan dengan tak asiknya hijab pembatas kami. Sekali lagi, kami menjaga apa yang harus dijaga. Kami menjaga keberadaan kami yang telah diamanahkan Yang Maha Kuasa.
Kalau bertemu sesama aktivis dakwah yang dimana bukan mahram kami selalu menundukkan pandangan. Walau sebelumnya kami memang memandang sekali, dan dalam hati “Eh, ada sii dia yang akan jadi temanku sesurga di akhirat nanti, kalau di dunia aku jadi siapanya yaa?” hhaha. Itu hanya terucap di hati salah seorang aktivis saja. Mayoritas sesama aktivis dakwah, dikala bertemu pasti senantisa mendo’akan. Juga senantiasa berkompetisi untuk memperbaiki diri lagi, hingga nanti, nanti itu sampai ruh dikeluarkan dari diri.
Inilah kami aktivis dakwah. Selagi yang kami kerjakan itu benar, maka itu kegiatan asik. Asik yang bukan hanya di dunia, tapi sampai ke akhirat. Hadirnya kami sebagai perantara sampainya kabar paling baik. Kami akan senantiasa mengajak kawan-kawan sekalian dalam kebaikan. Kami akan menjadi teladan terbaik untuk yang lain. Hadir masing-masing kami memang untuk beribadah, tapi ga asik rasanya jika kami terlalu khusyuk dengan ibadah kami sendiri. Kami ingin beribadah bersama kawan-kawan, ingin khusyuk bersama kawan-kawan. Karena kami meyakini, bersama itu lebih baik, berjama’ah itu lebih disenangi oleh Allah. Hadir kami untuk dakwah, perantara pribadi untuk berubah, merubah yang buruk menjadi baik, yang baik menjadi lebih baik. Caranya adalah dengan Bismillah. Kami pejuang Allah, kami aktivis dakwah. Lillahi wa billahi.
Ahad, 21 Sya’ban 1439H

Komentar